THE DRAMA WAS GOING ON (I)
SADARLAH KAU, KUMOHON!
Sang raja siang kembali ke peradabannya
Ditemani dengan rinai hujan basahi pekarangan
Aku menunggunya sampai selesai
Aku mengajaknya dengan semangat
Ku kembangkan senyum di wajahku
Aku memanggil namanya dengan lantang
Memandangnya dengan perhatian
Ditatapnya layar telepon genggam seakan berkata, "Aku sibuk" atau "aku ada perlu"
Ia berlalu tanpa memandangku sama sekali
Ia berlari tanpa menoleh dan berpura-pura tak mendengarku
Aku terdiam memutar otak apa yang terjadi
Aku berpikir positif
Tak lama kabar tak mengenakkan datang
Aku kembali terdiam
Lagi, dengan berusaha, senyum ini ku kembangkan
Tuk mengalihkan suasana hati dan sekitar
Kuucapkan selamat tinggal kepada pekarangan, hujan, dan kawan - kawan
Aku berjalan sendirian, sudah biasa
Tapi kali ini aku ingin menangis
Ku tahan semua yang baru terjadi
Sampai aku tiba pada buku diaryku
Dan ku mulai curhatku, dengan titikan air mata
"Aku menganggapnya lebih dari teman
Salahkah bila aku menangis akan sikapmu?"
omonganku blak-blakan
Tapi Aku pernah bilang aku ini perasa
Aku bukan yang sempurna
Tpi kau diami aku seakan aku tak mengerti dirimu
Tahukah kamu seberapa lama aku menahan dan bersabar dengan sikapmu yang seperti itu?
Aku sulit percaya sama orang jangan kau rusak kepercayaan itu
Aku dekat dengan banyak orang
Tapi nyatanya jarak ku lebih dekat denganmu
Sikapmu dan egomu yang membuat orang sulit mengenalmu
Jujur, ini bukan pertama kalinya aku kecewa padamu
Tapi ini pertama kalinya aku mengeluarkan air mata atas sikapmu
Ditemani dengan rinai hujan basahi pekarangan
Aku menunggunya sampai selesai
Aku mengajaknya dengan semangat
Ku kembangkan senyum di wajahku
Aku memanggil namanya dengan lantang
Memandangnya dengan perhatian
Ditatapnya layar telepon genggam seakan berkata, "Aku sibuk" atau "aku ada perlu"
Ia berlalu tanpa memandangku sama sekali
Ia berlari tanpa menoleh dan berpura-pura tak mendengarku
Aku terdiam memutar otak apa yang terjadi
Aku berpikir positif
Tak lama kabar tak mengenakkan datang
Aku kembali terdiam
Lagi, dengan berusaha, senyum ini ku kembangkan
Tuk mengalihkan suasana hati dan sekitar
Kuucapkan selamat tinggal kepada pekarangan, hujan, dan kawan - kawan
Aku berjalan sendirian, sudah biasa
Tapi kali ini aku ingin menangis
Ku tahan semua yang baru terjadi
Sampai aku tiba pada buku diaryku
Dan ku mulai curhatku, dengan titikan air mata
"Aku menganggapnya lebih dari teman
Salahkah bila aku menangis akan sikapmu?"
omonganku blak-blakan
Tapi Aku pernah bilang aku ini perasa
Aku bukan yang sempurna
Tpi kau diami aku seakan aku tak mengerti dirimu
Tahukah kamu seberapa lama aku menahan dan bersabar dengan sikapmu yang seperti itu?
Aku sulit percaya sama orang jangan kau rusak kepercayaan itu
Aku dekat dengan banyak orang
Tapi nyatanya jarak ku lebih dekat denganmu
Sikapmu dan egomu yang membuat orang sulit mengenalmu
Jujur, ini bukan pertama kalinya aku kecewa padamu
Tapi ini pertama kalinya aku mengeluarkan air mata atas sikapmu
Komentar
Posting Komentar